Sabtu, 19 Desember 2015

Science and Art

Siapa bilang IPA jauh dari dunia seni? Apakah benar IPA hanya identik dengan deretan angka-angka, persamaan, rumus dan hafalan? Sudah bukan jamannya lagi IPA diajarkan dengan cara yang menegangkan. Pembelajaran IPA akan jauh lebih efektif dan bermakna jika dalam pelaksanaanya dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensinya, termasuk dalam dunia seni.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan IPA dengan seni. Howe & Jones, (1993: 342-342) mengemukakan beberapa contoh pengintegrasin IPA dengan seni diantaranya yaitu seni rupa, seni musik, serta seni tari dan drama. Beberapa contoh lainnya merupakan pengalaman pribadi penulis.

IPA dan Seni Rupa
Kegiatan mengamati objek IPA dapat terintegrasi dengan seni rupa. Misalnya menggambar objek pengamatan di bawah mikroskop, membuat berbagai siklus kehidupan, mewarnai gambar keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup, dan sebagainya. Contoh pembelajaran lainnya yaitu pembelajaran dengan menggunakan LKS cut and paste design. Langkah kerja praktikum maupun diskusi pada LKS model ini dirancang untuk ditempel dan digunting. Siswa dapat bekerja secara kelompok untuk mengerjakan LKS. Hasil pekerjaan mereka lalu digunting dan ditempel pada karton manila untuk selanjutnya ditata dan dihias sesuai dengan kreasi mereka. Melalui kegiatan seperti ini keterampilan siswa dalam kolaborasi juga akan terlatih.
IPA dan Seni Musik
Berbagai jenis alat musik dapat dijadikan media pembelajaran IPA, baik untuk menjelaskan konten IPA sendiri (misalnya tentang getaran dan bunyi) atau pun hanya untuk mengiringi proses pembelajaran agar suasana kelas menjadi lebih menyenangkan. Berbagai hafalan yang agak berat pun akan terasa ringan jika dibawakan melalui nyanyian, misalnya nama-nama unsur, taksonomi makhluk hidup, dan lain-lain.

IPA dan Seni Tari serta Drama

Aktivitas dalam kelas yang dilakukan untuk mengintegrasikan IPA dengan drama adalah kegiatan bermain peran (role play). Anak pada tingkat SD dan SMP biasanya akan sangat menyukai metode role play dalam kelas. Sementara itu anak pada usia akhir SMP atau SMA biasanya lebih menyukai pementasan drama yang lebih serius dipertunjukkan dalam sebuah pementasan, bahkan mereka lebih suka jika diberi kebebasan untuk membuat teks drama sendiri. Tugas guru IPA dalam kegiatan pementasan drama ini hanya memberikan tema IPA yang terkait dengan pertunjukan serta memberikan sedikit arahan. Dalam kegiatan pentas drama ini diperlukan juga kolaborasi dengan mata pelajaran lain, misalnya bahasa, agama, budi pekerti serta guru seni itu sendiri. Kolaborasi dengan guru bahasa diperlukan dalam hal koreksi terhadap naskah drama yang dibuat siswa ditinjau dari segi tata bahasa. Kolaborasi dengan guru agama serta budi pekerti diperlukan agar karakter serta nilai-nilai kebaikan dapat termuat dalam pementasan drama. Sedangkan kolaborasi dengan guru seni sangat diperlukan untuk masukan unsur seni dalam pementasan drama. Pementasan drama dapat dilakukan setidaknya satu kali dalam satu tahun, dengan mengundang kehadiran orang tua atau masyarakat umum untuk menyaksikan-nya.
Sumber:
Howe, A. C., & Jones, L. (1993). Enganging Children In Science. New York: Macmillan Publishing Company.



3 komentar: