Jumat, 18 Desember 2015

Science and Writing



Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kalimat ‘IPA dan Keterampilan menulis’? Begitu mendengar kalimat ini seorang guru IPA pasti akan membayangkan kolaborasi pelajaran yang diampunya dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Biasanya guru IPA akan melakukan kolaborasi dengan metode penugasan. Siswa diberi tugas untuk membuat laporan, baik itu laporan praktikum maupun laporan field trip. Hasil kerja siswa melalui tugas laporan ini akan memberi kontribusi terhadap nilai pelajaran IPA sendiri maupun terhadap pelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui cara ini biasanya seorang guru merasa telah melaksanakan pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis. Padahal cara seperti ini sebenarnya belum dapat dikatakan pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis, karena pelatihan dan penilaian tulisan masih ‘dilimpahkan’ kepada guru bahasa Indonesia. Sebenarnya sudah menjadi tugas guru IPA untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis (terutama tulisan non fiksi yang membutuhkan kejelasan), karena IPA tidak lepas dari kegiatan observasi yang membutuhkan kejelasan dalam mendeskripsikan hasil observasi.
Alasan lain yang mendasari pentingnya pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis adalah karena jumlah anak yang suka menulis saat ini masih  sedikit.  Selain itu kemampuan siswa di Indonesia dalam membuat tulisan yang bersifat ilmiah bisa dikatakan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya siswa menyelesaikan tugas berupa karya tulis. Kesulitan ini berlanjut di perguruan tinggi ketika mahasiswa s1 menyelesaikan tulisan skripsi sebagai tugas akhirnya. Bahkan tidak jarang mahasiswa s2 pun masih memiliki kelemahan-kelemahan dalam membuat tulisan Ilmiah. Bukti lainnya adalah masih kurang buku-buku ilmiah atau tulisan pada jurnal terindeks yang ditulis oleh orang Indonesia, dibandingkan dengan jumlah tulisan oleh orang-orang dari negara yang sudah maju.
Hal sederhana dapat dilakukan oleh guru IPA untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa kegiatan observasi terhadap objek IPA. Contoh aktivitas dalam kelas yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis adalah kegiatan mendeskripsikan dan mengidentifikasi berbagai jenis batu. Contoh aktivitas ini dijelaskan oleh Howe & Jones (1993: 337-338), dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1. Siapkan berbagai jenis batu, lalu bagikan kepada setiap siswa jika memungkinkan, jika tidak satu batu bisa untuk dua orang siswa.
2. Perintahkan siswa untuk melakukan pengamatan terhadap batu, dan memikirkan satu kata yang dapat mewakili hasil observasi-nya. Guru lalu berkeliling untuk memastikan bahwa seluruh siswa melaksanakan instruksi.
3.  Setelah beberapa menit guru berdiri di depan kelas lalu memerintahkan siswa untuk menunjukkan tangan dan menyebutkan satu kata tentang hasil observasi-nya. Guru menunjuk satu persatu siswa, lalu menuliskan kata yang dimaksud pada papan tulis sehingga menghasilkan sekitar 6-7 kata yang ditulis pada papan tulis.
4. Jika kata yang dimaksud oleh siswa adalah “besar” atau “kecil”, tanyakan kepada siswa “lebih besar dari pada apa?” atau “lebih kecil dari pada apa”. Tuntunlah siswa untuk membuat perbandingan, misalnya dengan pertanyaan “apakah lebih besar daripada telur?”. Lakukan pengarahan yang sama untuk kata yang mendeskripsikan hal lain misalnya terang gelap dan terangnya batuan tersebut dan sebagainya.
5. Bagikan kertas kepada siswa, lalu instruksi-kan siswa untuk menuliskan deskripsi dari batuan yang mereka observasi. Instruksi-kan siswa untuk menuliskan nama mereka pada bagian bawah kertas tersebut, lalu mengumpulkannya kepada guru jika sudah selesai.
6. Setelah semua siswa selesai mengamati dan membuat deskripsi, guru mengumpulkan seluruh batu dan meletakkannya kedalam sebuah boks, demikian juga dengan kertas-kertas yang betuliskan deskripsi dari batu tersebut.
7. Guru lalu membagi secara acak kertas yang telah berisi tulisan deskripsi tentang batu, hingga masing-masing siswa mendapatkan satu kertas deskripsi. Selanjutnya guru memanggil satu kelompok kecil siswa yang beranggotakan beberapa orang untuk maju ke depan dan mengambil batu sesuai dengan deskripsi dari kertas yang mereka peroleh. Jika siswa kesulitan mendapatkan batu berdasarkan deskripsi pada kertas yang mereka peroleh, maka kertas deskripsi harus dikembalikan kepada orang yang menuliskan deskripsi tersebut untuk diperbaiki agar kalimat yang tertulis mudah dipahami.
8. Setelah semua batu berhasil diidentifikasi, beri waktu beberapa menit kepada siswa untuk berdiskusi dan menyimpulkan tentang kriteria kalimat deskripsi yang baik, jelas serta membantu proses identifikasi.
Melalui langkah kegiatan ini siswa akan mengetahui kriteria tulisan yang baik tanpa harus diberi tahu oleh guru. Selain itu melalui kegiatan ini  siswa akan terlatih untuk menulis dan membuat deskripsi tentang hasil observasi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami.


Sumber:
Howe, A. C., & Jones, L. (1993). Enganging Children in Scinece. New York: Macmillan Publishing Company.


2 komentar: