Selasa, 22 Desember 2015

Science and Reading (Part 2)


Integrasi Science and Reading Melalui Penugasan

Penugasan dapat menjadi alternatif lain untuk menerapkan integrasi IPA dan keterampilan membaca. Memberi tugas untuk membaca memang mudah, tetapi yang sulit adalah memantau sejauh mana siswa melakukan apa yang kita tugaskan. Guru harus dapat memantau mulai dari tahap penyeleksian buku, pemilikan buku, membuat garis bawah atau penanda pada buku yang dibaca, membuat catatan kecil, sampai dengan melaporkan isi buku.
Agar siswa tidak terbebani dengan tugas ini, sebaiknya penugasan diawali dengan ketertarikan siswa terhadap tema tertentu. Siswa sebaiknya diberi kebebasan untuk memilih tema dan jenis buku yang akan mereka baca. Saat ini sangat banyak buku terkait IPA yang menarik dan disajikan dalam bahasa sederhana, mudah dipahami dan dengan tampilan yang menarik. Mulai dari buku IPA dengan layout berupa ensiklopedia, sampai dengan buku IPA yang berbentuk komik.
Penugasan membaca buku dapat juga sebagai pelengkap tugas proyek sains. Seperti kita ketahui Project Base Learning beranjak dari ketertarikan siswa untuk melakukan investigasi terhadap masalah yang menarik perhatiannya. Investigasi dilakukan untuk menjawab masalah tersebut. Misalnya siswa tertarik dengan masalah pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar mereka. Siswa dapat membuat proyek untuk membahas masalah ini, mulai dari perencanaan, pengambilan data di lapangan, sampai dengan pembahasan dan pelaporan hasil investigasi. Buku diperlukan untuk pada tahap pembahasan dan pelaporan hasil investigasi, karena setidaknya siswa harus memiliki referensi mengenai lingkungan yang baik dan tidak tercemar.

Hasil investigasi siswa melalui proyek ini dapat ditampilkan dalam ajang science fair. Science fair dapat menjadi salah satu program rutin sekolah yang dilakukan setidaknya satu kali dalam satu tahun, seperti biasa dilakukan di Sekolah Islam Athirah.





Senin, 21 Desember 2015

Science and Reading (Part 1)


Membaca merupakan keterampilan pokok yang harus dimiliki setiap anak pada semua mata pelajaran, sehingga keterampilan membaca biasanya menjadi perhatian khusus pada kurikulum pendidikan dasar. Membaca tidak hanya diperlukan untuk mempelajari objek tertentu saja, tetapi juga diperlukan untuk memahami dunia.
Belakangan ini minat baca anak semakin menurun, terutama untuk membaca tulisan-tulisan ilmiah. Anak lebih menyukai tulisan fiksi atau pun tulisan bergambar seperti komik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru IPA. Diperlukan suatu strategi untuk menjawab tantangan ini. Howe & Jones (1993:334) menyatakan reading should supplement experience, not take the place of it. Maksudnya adalah dalam pembelajaran IPA kegiatan membaca seharusnya menjadi pelengkap kegiatan eksperimen, bukan merupakan kegiatan utama yang memakan banyak waktu untuk melakukannya.
Seperti yang pernah penulis kemukakan pada tulisan sebelumnya tentang science and writing yang fokus pada kegiatan observasi, pengintegrasian science and reading juga tidak lepas dari kegiatan observasi. Hal ini dikarenakan IPA tidak lepas dari kegiatan observasi sebagai keterampilan proses dasar dalam menghasilkan produk IPA. Beberapa kegiatan observasi yang menarik tentang objek IPA dapat dibekali dengan tulisan petunjuk yang harus dibaca oleh siswa. Berikut ini akan diuraikan contoh aktivitas kelas yang diadaptasi dari buku Enggaging Children in Science.

Kegiatan Observasi dan Klasifikasi Daun
Mulailah kegiatan pendahuluan dengan memperlihatkan berbagai jenis daun. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa. Setelah itu berilah pertanyaan kepada siswa mengenai ciri setiap daun. Beri kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai ciri daun tersebut. Setelah itu ajaklah siswa keluar dari kelas dengan dibekali secarik kertas yang berisi tulisan deskripsi daun suatu jenis tumbuhan di sekitar sekolah. Setiap siswa atau sekelompok kecil siswa diberi tugas untuk mencari daun tumbuhan yang dimaksud. Biasanya siswa bersemangat dan berlomba untuk mencari, namun siswa tidak mungkin akan mendapat daun yang dimaksud jika tidak membaca dengan baik petunjuk atau deskripsi yang tertulis pada kertas. Tanpa siswa sadari kegiatan seperti ini telah ‘memaksa’ siswa untuk membaca dan memahami isi bacaan.
Demikian satu contoh aktivitas pembelajaran IPA yang mengintegrasikan keterampilan membaca. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Salam semangat mengajar IPA dengan cara yang menyenangkan!!!

#bersambung

Minggu, 20 Desember 2015

Science and Social

IPA dan pengetahuan sosial memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga interaksi kedua disiplin ilmu ini senantiasa akan terjadi dengan atau tanpa perencanaan khusus. Seperti kita ketahui hakikat IPA tidak hanya menyangkut science as body of knowledge, the way of thinking dan the way of investigating, namun juga hakikat IPA menyangkut science and interaction with technology and society (Chiapetta & Coballa, 2010: 105). Oleh karena itu pembelajaran IPA hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek teknologi dan masyarakat.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan IPA dengan pengetahuan sosial adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM memiliki ciri yaitu menghadirkan isu terkait dampak sains dan teknologi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Isu merupakan permasalahan yang bersifat kontroversi. Dengan pendekatan STM siswa dirangsang untuk mengemukakan pendapat sekaligus menyelesaikan masalah terkait isu di sekitar mereka. Dengan demikian pembelajaran IPA akan lebih bermakna.
Cara paling praktis dan sederhana untuk menerapkan pembelajaran STM adalah dengan mengangkat isu yang sedang hangat dibicarakan di media masa. Tentu saja isu dipilih terlebih dahulu agar sesuai dengan materi pelajaran. Misalnya saja pada materi pelajaran energi dalam sistem kehidupan, isu mengenai  kelangkaan BBM dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran. Artikel pada surat kabar dapat dipersiapkan oleh guru, lalu siswa diinstruksikan untuk membaca. Setelah itu siswa berdiskusi dalam kelompok kecil dengan beberapa arahan pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru. Setelah itu setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi untuk ditanggapi oleh kelompok lain.
Isu mengenai kelangkaan BBM merupakan isu yang menarik, karena bisa dikaitkan dengan konsep IPA sendiri yaitu mengenai energi dan sumbernya serta bentuk dan perubahan energi, juga dapat terkait dengan bidang disiplin ilmu lain yaitu pengetahuan sosial. Keterkaitan dengan pengetahuan sosial diantaranya menyangkut kebijakan ekonomi oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM, dampak kenaikan BBM terhadap perekonomian masyarakat, pengetahuan tentang sejarah dihasilkannya BBM. Diskusi siswa biasanya akan berkembang diluar dugaan kita, sehingga tanpa disadari dimensi aplikasi dari IPA secara otomatis telah tertanam dalam diri siswa. Hal yang diharapkan melalui pembelajaran seperti ini adalah siswa dapat menerapkan nilai-nilai praktik sains dalam kehidupan sehari-hari seperti pola hidup hemat energi.

Demikian pendapat penulis mengenai cara praktis memadukan IPA dan pengetahuan sosial. Semoga tulisan ini bermanfaat! Keep spirit and enjoy science in your daily life!! Wassalam.

Sabtu, 19 Desember 2015

Science and Art

Siapa bilang IPA jauh dari dunia seni? Apakah benar IPA hanya identik dengan deretan angka-angka, persamaan, rumus dan hafalan? Sudah bukan jamannya lagi IPA diajarkan dengan cara yang menegangkan. Pembelajaran IPA akan jauh lebih efektif dan bermakna jika dalam pelaksanaanya dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensinya, termasuk dalam dunia seni.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan IPA dengan seni. Howe & Jones, (1993: 342-342) mengemukakan beberapa contoh pengintegrasin IPA dengan seni diantaranya yaitu seni rupa, seni musik, serta seni tari dan drama. Beberapa contoh lainnya merupakan pengalaman pribadi penulis.

IPA dan Seni Rupa
Kegiatan mengamati objek IPA dapat terintegrasi dengan seni rupa. Misalnya menggambar objek pengamatan di bawah mikroskop, membuat berbagai siklus kehidupan, mewarnai gambar keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup, dan sebagainya. Contoh pembelajaran lainnya yaitu pembelajaran dengan menggunakan LKS cut and paste design. Langkah kerja praktikum maupun diskusi pada LKS model ini dirancang untuk ditempel dan digunting. Siswa dapat bekerja secara kelompok untuk mengerjakan LKS. Hasil pekerjaan mereka lalu digunting dan ditempel pada karton manila untuk selanjutnya ditata dan dihias sesuai dengan kreasi mereka. Melalui kegiatan seperti ini keterampilan siswa dalam kolaborasi juga akan terlatih.
IPA dan Seni Musik
Berbagai jenis alat musik dapat dijadikan media pembelajaran IPA, baik untuk menjelaskan konten IPA sendiri (misalnya tentang getaran dan bunyi) atau pun hanya untuk mengiringi proses pembelajaran agar suasana kelas menjadi lebih menyenangkan. Berbagai hafalan yang agak berat pun akan terasa ringan jika dibawakan melalui nyanyian, misalnya nama-nama unsur, taksonomi makhluk hidup, dan lain-lain.

IPA dan Seni Tari serta Drama

Aktivitas dalam kelas yang dilakukan untuk mengintegrasikan IPA dengan drama adalah kegiatan bermain peran (role play). Anak pada tingkat SD dan SMP biasanya akan sangat menyukai metode role play dalam kelas. Sementara itu anak pada usia akhir SMP atau SMA biasanya lebih menyukai pementasan drama yang lebih serius dipertunjukkan dalam sebuah pementasan, bahkan mereka lebih suka jika diberi kebebasan untuk membuat teks drama sendiri. Tugas guru IPA dalam kegiatan pementasan drama ini hanya memberikan tema IPA yang terkait dengan pertunjukan serta memberikan sedikit arahan. Dalam kegiatan pentas drama ini diperlukan juga kolaborasi dengan mata pelajaran lain, misalnya bahasa, agama, budi pekerti serta guru seni itu sendiri. Kolaborasi dengan guru bahasa diperlukan dalam hal koreksi terhadap naskah drama yang dibuat siswa ditinjau dari segi tata bahasa. Kolaborasi dengan guru agama serta budi pekerti diperlukan agar karakter serta nilai-nilai kebaikan dapat termuat dalam pementasan drama. Sedangkan kolaborasi dengan guru seni sangat diperlukan untuk masukan unsur seni dalam pementasan drama. Pementasan drama dapat dilakukan setidaknya satu kali dalam satu tahun, dengan mengundang kehadiran orang tua atau masyarakat umum untuk menyaksikan-nya.
Sumber:
Howe, A. C., & Jones, L. (1993). Enganging Children In Science. New York: Macmillan Publishing Company.



Jumat, 18 Desember 2015

Science and Writing



Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kalimat ‘IPA dan Keterampilan menulis’? Begitu mendengar kalimat ini seorang guru IPA pasti akan membayangkan kolaborasi pelajaran yang diampunya dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Biasanya guru IPA akan melakukan kolaborasi dengan metode penugasan. Siswa diberi tugas untuk membuat laporan, baik itu laporan praktikum maupun laporan field trip. Hasil kerja siswa melalui tugas laporan ini akan memberi kontribusi terhadap nilai pelajaran IPA sendiri maupun terhadap pelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui cara ini biasanya seorang guru merasa telah melaksanakan pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis. Padahal cara seperti ini sebenarnya belum dapat dikatakan pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis, karena pelatihan dan penilaian tulisan masih ‘dilimpahkan’ kepada guru bahasa Indonesia. Sebenarnya sudah menjadi tugas guru IPA untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis (terutama tulisan non fiksi yang membutuhkan kejelasan), karena IPA tidak lepas dari kegiatan observasi yang membutuhkan kejelasan dalam mendeskripsikan hasil observasi.
Alasan lain yang mendasari pentingnya pengintegrasian IPA dengan keterampilan menulis adalah karena jumlah anak yang suka menulis saat ini masih  sedikit.  Selain itu kemampuan siswa di Indonesia dalam membuat tulisan yang bersifat ilmiah bisa dikatakan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya siswa menyelesaikan tugas berupa karya tulis. Kesulitan ini berlanjut di perguruan tinggi ketika mahasiswa s1 menyelesaikan tulisan skripsi sebagai tugas akhirnya. Bahkan tidak jarang mahasiswa s2 pun masih memiliki kelemahan-kelemahan dalam membuat tulisan Ilmiah. Bukti lainnya adalah masih kurang buku-buku ilmiah atau tulisan pada jurnal terindeks yang ditulis oleh orang Indonesia, dibandingkan dengan jumlah tulisan oleh orang-orang dari negara yang sudah maju.
Hal sederhana dapat dilakukan oleh guru IPA untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa kegiatan observasi terhadap objek IPA. Contoh aktivitas dalam kelas yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis adalah kegiatan mendeskripsikan dan mengidentifikasi berbagai jenis batu. Contoh aktivitas ini dijelaskan oleh Howe & Jones (1993: 337-338), dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1. Siapkan berbagai jenis batu, lalu bagikan kepada setiap siswa jika memungkinkan, jika tidak satu batu bisa untuk dua orang siswa.
2. Perintahkan siswa untuk melakukan pengamatan terhadap batu, dan memikirkan satu kata yang dapat mewakili hasil observasi-nya. Guru lalu berkeliling untuk memastikan bahwa seluruh siswa melaksanakan instruksi.
3.  Setelah beberapa menit guru berdiri di depan kelas lalu memerintahkan siswa untuk menunjukkan tangan dan menyebutkan satu kata tentang hasil observasi-nya. Guru menunjuk satu persatu siswa, lalu menuliskan kata yang dimaksud pada papan tulis sehingga menghasilkan sekitar 6-7 kata yang ditulis pada papan tulis.
4. Jika kata yang dimaksud oleh siswa adalah “besar” atau “kecil”, tanyakan kepada siswa “lebih besar dari pada apa?” atau “lebih kecil dari pada apa”. Tuntunlah siswa untuk membuat perbandingan, misalnya dengan pertanyaan “apakah lebih besar daripada telur?”. Lakukan pengarahan yang sama untuk kata yang mendeskripsikan hal lain misalnya terang gelap dan terangnya batuan tersebut dan sebagainya.
5. Bagikan kertas kepada siswa, lalu instruksi-kan siswa untuk menuliskan deskripsi dari batuan yang mereka observasi. Instruksi-kan siswa untuk menuliskan nama mereka pada bagian bawah kertas tersebut, lalu mengumpulkannya kepada guru jika sudah selesai.
6. Setelah semua siswa selesai mengamati dan membuat deskripsi, guru mengumpulkan seluruh batu dan meletakkannya kedalam sebuah boks, demikian juga dengan kertas-kertas yang betuliskan deskripsi dari batu tersebut.
7. Guru lalu membagi secara acak kertas yang telah berisi tulisan deskripsi tentang batu, hingga masing-masing siswa mendapatkan satu kertas deskripsi. Selanjutnya guru memanggil satu kelompok kecil siswa yang beranggotakan beberapa orang untuk maju ke depan dan mengambil batu sesuai dengan deskripsi dari kertas yang mereka peroleh. Jika siswa kesulitan mendapatkan batu berdasarkan deskripsi pada kertas yang mereka peroleh, maka kertas deskripsi harus dikembalikan kepada orang yang menuliskan deskripsi tersebut untuk diperbaiki agar kalimat yang tertulis mudah dipahami.
8. Setelah semua batu berhasil diidentifikasi, beri waktu beberapa menit kepada siswa untuk berdiskusi dan menyimpulkan tentang kriteria kalimat deskripsi yang baik, jelas serta membantu proses identifikasi.
Melalui langkah kegiatan ini siswa akan mengetahui kriteria tulisan yang baik tanpa harus diberi tahu oleh guru. Selain itu melalui kegiatan ini  siswa akan terlatih untuk menulis dan membuat deskripsi tentang hasil observasi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami.


Sumber:
Howe, A. C., & Jones, L. (1993). Enganging Children in Scinece. New York: Macmillan Publishing Company.