Kita ketahui bersama bahwa cara terbaik mempelajari IPA
adalah dengan melakukan tiga kegiatan penting yaitu pengamatan, inferensi dan
komunikasi. Pengamatan terhadap objek IPA dapat dilakukan secara kualitatif
(menggunakan alat indera) maupun secara kuantitatif (menggunakan alat ukur).
Inferensi merupakan kegiatan merumuskan penjelasan mengenai hasil pengamatan.
Penjelasan ini dilakukan untuk menemukan
pola-pola atau hubungan antar aspek yang diamati untuk membuat suatu perkiraan.
Adapun komunikasi hasil penyelidikan dilakukan baik secara lisan maupun
tulisan. Jika siswa sudah dapat melakukan ketiga hal ini dalam mempelajari IPA,
maka ini berarti bahwa kita sudah berhasil melatihkan keterampilan ptoses sains
terhadap siswa.
Di masa pandemi ini, tentunya ada acara tersendiri untuk
membuat pembelajaran IPA tetap menarik, tanpa mengesampingkan keterampilan
proses yang harus dilatihkan kepada siswa. Penugasan bukan solusi utama jika
tidak diawali dengan pemaparan materi pelajaran yang dilanjutkan dengan tanya
jawab dan diskusi secara tatap muka virtual. Jadi menurut hemat penulis, idealnya
pada setiap bab materi IPA setidaknya harus ada satu kali tatap muka virtual.
Tatap mata virtual dapat dilakukan dengan berbagai aplikasi seperti Webex, Meet, Zoom, Teams, Videocall WA, dan lain lain. Kita harus cermat dalam memilih
aplikasi. Aplikasi yang kita pilih tentunya harus sesuai dengan kebutuhan kita.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memilh aplikasi yaitu:
1.
Jumlah
peserta didik. Untuk siswa dengan jumlah sedikit sangat mubazir apabila menggunakan
aplikasi yang sebetulnya dapat memuat banyak orang, apalagi jika aplikasi ini
berbayar misalnya Webex dan Zoom.
2.
Durasi
waktu pertemuan tatap muka virtual. Untuk durasi yang lumayan panjang,
jangan pernah menggunakan aplilkasi garatis yang dibatasi waktu
penggunaan,misalnya zoom gratisan yang hanya dibatasi 40 menit saja. Hal ini
akan berersiko pembelajaran terputus dan
mood siswa menjadi hilang.
3.
Kepraktisan
dalam mengecek kehadiran peserta. Sebenarnya ini dapat disiasati dengan
cara menghimbau kepada peserta tatap muka virtual untuk menggunakan nama yang
sesuai daftar hadir. Namun yang paling praktis adalah menggunakan aplikasi
dimana akun peserta memang sudah terdaftar pada admin sekolah, sehingga ketika
bergabung akan langung nampak nama peserta sesuai dengan daftar hadir.
Contohnya Gmeet dari Gooogle Suite, serta Teams dari Office 365.
4.
Biaya
data seluler atau banyaknya quota yang digunakan. Beberapa aplikasi yang
fasilitasnya lebih lengkap justru terbukti sangat menguras quota seperti zoom
dan webex. jika memang sangat urgen
untuk menggunakan kedua aplikasi
ini penulis tetap menyarankan, namu jika tidak terlalu urgen apalagi jumlah
peserta sedikit maka sangat bijaksana rasanya jika kita menggunakan aplikasi
yang sederhana saja.
Kembali ke pembelajaran IPA yang menarik dan dapat melatih
keterampilan proses siswa, Penulis menyarankan agar menggunakan Learning
management system (LMS), misalnya LMS rumah belajar, google classroom, dan Microsoft
teams. Dengan LMS kita dapat mengupload video demo praktium, mengirim link
laoratoruim maya, maupun link kegiatan praktikum lalinnya. Adapun penugasan
terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk mengupload video
tentang kegiatan praktikum sederhana yang mereka lakukan di rumah berdasarkan
demonstrasi yang kita tunjukkan. Bisa juga dengan menugaskan siswa untuk
melaporkan hasil pengamatan terhadap video praktikum yang ada. Laporan dapat
berupa gambar, grafik,tabel, maupun
kesimpulan hasil penyelidikan. Di LMS kita juga dapat menyajikan suatu kasus
untuk didiskusikan di forum LMS guna melatih kemampuan komunikasi siswa.
Lalu bagaimana caranya untuk pengambilan nilai aspek
pengetahuan? yang paling praktis dan
bisa membuat siswa senang diantaranya yaitu dengan kuis pada aplikasi K-hooot,
Quizizz, juga soal-soal berupa formulir seperti pada google form, Microsoft form,
jotform, zoho dan lain-lain.
Sebagai contoh, berikut ini adalah program pelajaran IPA kelas 7 SMP Islam Athirah I Makassar selama semester ganjil (masa pandemi).
Program ini dibuat setelah menghitung ketersediaan pekan efektif, juga
ketersediaan jumlah jam IPA setiap pekannya. Berbeda dengan pembelajaran
normal, pembelajarna IPA jarak jauh hanya dilakukan satu kali satu pekan dengan
durasi 2 jam pelajaran @30 menit. Semoga dengan keterbatasan waktu anak-anak
bisa lebih belajar secara mandiri.
Demikianlah cara penulis mengemas pembelajaran IPA di masa pandemi.
Tetaplah berbagai karena berbagi tak akan mengurangi. Jika ada kritik, saran
dan masukan, silahkan tulis di kolom komentar. Terimakasih.